NU Care Sediakan Mobil Sehat NU untuk Evakuasi Korban Bencana Semeru

Jakarta, NU Care

Sebagai salah satu bentuk aksi tanggap bencana yang menjadi salah satu dari 4 (empat) pilar program, yaitu Program Kebencanaan, NU Care-LAZISNU Kabupaten Kediri telah memberangkatkan empat armada Mobisnu (Mobil Sehat NU) menuju Posko Tanggap Bencana PCNU Kabupaten Lumajang, yang berada di Kecamatan Candipuro dan Pronojiwo, pada Senin (6/12/2021). Mobisnu NU Care-LAZISNU Kediri diterjunkan untuk membantu proses evakuasi serta untuk pengiriman sejumlah bantuan kebutuhan pokok kepada warga terdampak bencana Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru.

Dihubungi di sela proses evakuasi, Tim Mobisnu NU Care-LAZISNU Kediri mengabarkan bahwa evakuasi dilakukan oleh Basarnas.

“Proses evakuasi jenazah diproses oleh pihak Basarna. Karena sehubungan dengan pengenalan nama (identitas, red), dari keluarga siapa harus diidentifikasi di RSUD. Jadi, yang mengangkat dari pihak Basarnas. Alhamdulillah, kami dapat mengevakuasi tujuh jenazah yang tertimbun abu vulkanik. Kami dari pihak LAZISNU selalu standby dan selalu ikut berpartisipasi di lapangan, tepatnya di Pronojiwo,” tutur Yadiyono selaku perwakilan dari Tim Mobisnu NU Care-LAZISNU Kediri, Selasa (7/12/2021).

Lebih lanjut dirinya mengatakan, pihak Basarnas mengimbau agar foto atau video korban tidak untuk dibagikan secara luas, guna menjaga perasaan keluarga korban serta sebagai bentuk menghargai kondisi duka dari keluarga korban.

Selain itu, pada hari yang sama Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengadakan rapat koordinasi bersama dengan BNPB dan juga relawan yang ada.

“Hasil rapat koordinasi tersebut adalah bahwasanya yang dibutuhkan saat ini adalah pendampian psikologis dan trauma healing untuk para pengungsi, khususnya anak-anak. Bagi warga dan pengurus NU diimbau untuk mengajak masyarakat berselawat bersama. Mengenai bantuan, dirasa bantuan pakaian ini sudah cukup, dan apabila ada yang mengirimkan maka bisa ditolak,” jelas salah seorang relawan NU Care-LAZISNU Kediri, Imam Muda’i.

“Mengatasi adanya kesimpangsiuran informasi, maka dibentuklah grup WhatsApp untuk mengantisipasi hal tersebut, sehingga berita yang masuk itu hanya berasal dari satu pintu saja,” sambungnya.

Pertemuan tersebut, kata Imam, merupakan bentuk sinergi antara pemerintah, organisasi atau lembaga dan juga relawan.

“Serta juga menampung usulan dari relawan mengenai ketersediaan solar untuk proses evakuasi korban. Solar dan bensin ini sulit dicari. Adanya di kota dan itu pun perlu menempuh jarak 10 sampai 15 kilometer baru bisa didapat. Terus juga kurangnya tenaga psikolog untuk para korban,” pungkasnya.

Editor: Wahyu Noerhadi

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *